Bandara
Kaza sampai di Bandar Udara Husein Sastranegara setelah perjalan selama kurang lebih 25 menit. Ia menunggu sambil melihat ke arah jam tangannya, menunjukan pukul 15.20. Matanya sesekali melihat orang yang berlalu lalang.
Hingga ada seseorang yang memanggil namanya dengan sedikit berteriak, “KAZA!” suara Jerian membuat beberapa orang disekitar sana melihat ke arah mereka berdua.
Kaza sedikit meringis menahan malu karna menjadi pusat perhatian. Jerian langsung memeluk Kaza dengan erat tak peduli bagaimana tatapan orang yang melihat mereka berdua.
“Abang! Malu ih diliatin orang,” keluh Kaza. Namun ucapan itu dihiraukan oleh Jerian.
“Biarin, abang kangen banget!”
“Duh! Iya iya yauda ayo pulang, aku laper nih.”
Jerian melepaskan pelukannya, “Lah, kamu belum makan? Yauda yuk makan di luar aja sekalian.”
Baru beberapa langkah mereka beranjak pergi, suara seseorang memberhentikan langkah mereka.
“Jerian!”
Seorang laki laki sudah berumur mengenakan jas hitam dengan di sampingnya ada seorang perempuan berpakaian sangat rapih, bisa dipastikan itu sekretarisnya.
“Pak Gio! Wah kebetulan sekali kita bertemu disini,” Jerian berjabat tangan dengan lelaki bernama Gio itu.
Gio tertawa pelan, “Iya ya kebetulan sekali kita bertemu disini. Habis dari mana nak Jerian?”
“Habis dari luar kota pak, ada kerjaan disana.”
Kaza hanya memperhatikan obrolan mereka. Matanya menatap Gio dengan seksama, seolah olah pernah melihat Gio tapi entah dimana.
“Ya sudah pak Gio, saya pamit duluan ya.” Jerian berpamitan dengan kembali menjabat tangan Gio.
“Oh iya silakan, hati hati di jalan ya nak.”
Kini, Kaza dan Jerian sudah berada didalam mobil. “Yang tadi, siapa bang?”
“Pak Gio, rekan bisnis abang sekaligus temennya papa waktu dulu.”
Kaza mengangguk paham, kemudian Jerian menjalankan mobil untuk keluar dari kawasan bandara.