Hari ini kelas 12 Ips 2 ada pengambilan nilai praktek pelajaran olahraga basket. Namun, pak Irfan selaku guru yang mengajar sedang ada urusan sehingga tidak hadir. Tetapi pak Irfan meminta ketua kelas untuk menggantikannya.
Kaza, Karin dan Oliv duduk di pinggir lapangan menunggu nama mereka dipanggil oleh ketua kelas.
“Eh lo tau ga sih?” ucap Oliv pertama kali membuka pembicaraan.
“Apa?”
“Denger denger ya, si Bella tuh,” Oliv menunjuk salah satu siswi yang berada di tengah lapangan sedang bermain basket. “Dia pernah mau ngebantah si nenek lampir, tapi akhirnya malah dia yang masuk ke bk.”
Karin mengerutkan keningnya, “Yang waktu itu rame rame deket taman belakang bukan?”
“Nah, iya itu!” seru Oliv.
“Kok dia yang masuk bk?” tanya Kaza. “Emang guru ga ada yang ngebela dia gitu?”
Oliv menggeleng, “Mana ada sih yang berani ngelawan bu Retna. Lagian, si nenek lampir itu playing victim banget jadi si Bella deh seolah olah yang salah.”
Mereka berbincang bincang hingga nama Kaza dipanggil untuk mengambil nilai basket.
Dipertengahan pengambilan nilai terdengar suara bola basket yang mengenai kepala seseorang. Dan orang itu adalah Clara yang sedang lewat di pinggir lapangan.
Bukan. Itu bukan ulah Kaza, melainkan teman sekelasnya, Anin. Semua orang tahu Anin tidak sengaja melempar bola tersebut ke arah Clara. Lagi pula, lemparan tersebut tidak keras.
Namun, bisa dipastikan bahwa Clara memperbesar masalah ini.
“Lo! Bisa main yang bener ga?! Lo ga liat ada gue disini?!” bentak Clara.
Anin menundukkan kepalanya meminta maaf sambil ketakutan, “Maaf Clara, gue ga sengaja. Maaf banget Clara.” Namun permintaan maaf dari Anin tak didengar oleh Clara.
Anin didorong hingga jatuh dan rambutnya ditarik oleh Clara, “Maaf lo bilang? Lo tau ga tangan gue sakit kena bola?!”
Keadaan menjadi ramai dan mengerubungi mereka. Kaza pun ada diantara mereka.
“Clara, udah lah Anin ga sengaja. Lagian dia juga gatau kalo ada lo disitu,” ucap Farel sang ketua kelas.
“Diem! Lo gausah ikut campur dan ngebela dia.”
Kaza yang mulai muak dengan drama yang dibuat oleh Clara pun turun tangan.
“Dia ga sengaja, udah minta maaf. Terus mau lo apa?” ucapan Kaza membuat semua orang yang tadinya memandang ke arah Clara dan Anin, kini menjadi menatap dirinya.
Kaza maju mendekati mereka menghempaskan tangan Clara dari rambut Anin dan menarik gadis itu untuk bangun.
Clara menatap Kaza sinis, “Lo lagi, gue udah berapa kali bilang sama lo buat jangan pernah sok jadi pahlawan disini.”
“Gue ga pernah bilang bakal jadi pahlawan disini. Jangan karna lo anak kepsek, lo jadi seenaknya disini.”
“Oh jadi lo udah tau gue siapa? Kalo gitu mending lo gausah macem macem atau gue laporin ke nyokap gue.”
“Ga takut,” tegas Kaza membuat semua orang terdiam.
“Gue ga akan pernah takut. Mau lo anak kepsek, anak pejabat, anak presiden sekalipun gue ga akan pernah takut.”
Kaza berjalan mendekati Clara hingga gadis itu memundurkan tubuhnya, “Gue ga akan pernah takut sama orang yang selalu berlindung dibalik jabatan orang tuanya. Pengecut!”
Kaza membalikkan badannya untuk pergi meninggalkan Clara. Namun langkahnya terhenti ketika ucapan Clara sukses membuatnya marah.
“Kenapa? Lo iri kan karna gue punya orang tua yang bisa gue jadiin tameng sedangkan lo ga punya orang tua, pantes aja sih sok jadi pahlawan ternyata biar lo jadi perhatian orang ya? Kurang perhatian ya? Kasian Hahahah!” Gelak tawa Clara dan temannya membuat Kaza geram.
Ia tak masalah jika orang lain menjatuhkan dirinya, tapi jika sudah membawa orang tua ia tak segan untuk melawan orang itu.
Karin yang berada disamping Kaza sudah tersulut emosi ia ingin menghampiri Clara namun ditahan oleh Kaza.
Kaza berbalik berjalan ke arah Clara dengan wajah datarnya yang menahan emosi. Ia menarik Clara dan bugh sebuah pukulan sukses mengenai wajah Clara hingga bibirnya terluka mengeluarkan darah segar.
Semua siswa yang menonton menjerit tertahan tak menyangka dengan apa yang Kaza lakukan.
Clara terjatuh menangis menahan sakit di area bibirnya. Teman temannya ingin membantu namun terlihat sangat takut dengan Kaza.
“Sekali lagi lo usik tentang keluarga gue, ga akan segan segan gue bikin lo masuk rumah sakit bahkan kuburan sekalipun, paham?” Kaza meninggalkan Clara yang baru dibantu teman temannya.
Kini Kaza, Karin dan Oliv berada di kantin. Karin dan Oliv menatap khawatir Kaza yang sedang memakan snacks kentang.
Selama ini mereka tidak pernah menyinggung sedikit pun tentang orang tua Kaza. Karna mereka tahu, Kaza akan merasa sedih dan mengingat kembali kenangan bersama orang tuanya.
Dulu, Kaza memang sangat dekat dan selalu dimanja dengan kedua orang tuanya. Namun sejak kepergian mereka, Kaza menjadi anak yang mandiri dan lebih tertutup dengan siapapun terkecuali dengan Jerian.
“Za .... are u okey?” tanya Oliv dengan hati hati.
Kaza mendongak menatap Oliv dan Karin bergantian, “I'm fine, emang kenapa?”
Karin mengenggam tangan Kaza, “Cerita ke kita ya kalo emang lo mau luapin emosi lo karna Clara.”
Kaza tersenyum singkat, “Iya, Makasih ya.”
Karin membalas senyuman Kaza hanya sebentar karna suara bu Retna menghancurkan suasana.
“Kazalea, ke ruangan saya sekarang.”