Kantin

Suasana kantin siang ini ramai seperti biasanya. Kaza bersama temannya memilih untuk menempati meja di pojok kantin dekat halaman belakang.

“Lea, lo mau apa?” tanya Oliv.

“Bakso aja deh, minumnya es teh ya.”

“Lo Rin?” Karin menatap satu persatu stan makanan disana, “Soto deh, jangan pake kecap ya. Minumnya kaya biasa.”

“Nih,” Kaza memberikan selembar uang berwarna merah. “Pake ini aja, sisanya terserah mau lo beliin apa.”

“Wuihh, okee. Tunggu ya, pesanan akan sampai dalam 3 tahun.”

Karin mendelik kearah Oliv, “Keburu gue lulus.”

Kaza memperhatikan sekeliling isi kantin. Ada yang fokus memakan pesanannya, ada yang mengobrol, ada juga yang asik berpacaran. Hingga ....

Plak bunyi tamparan yang begitu nyaring terdengar dari meja kantin yang berada ditengah.

“Rin?” Kaza menatap Karin tak percaya setelah melihat kejadian di sebrang sana.

Karin hanya mengangguk pelan, “Ya .... gitu lah Za, pada diem kan?”

Ada seorang siswi yang ditampar oleh Clara. Tetapi semua hanya melihat kejadian itu tanpa membantu, atau mungkin lebih tepatnya takut berhadapan dengan Clara.

Kaza bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri mereka. Karin hanya memperhatikan apa yang akan Kaza lakukan dari jauh.

Keadaan kantin yang tadinya tetap ramai pun jadi diam ketika Kaza berdiri didepan siswi itu.

“Minggir.” ucap Clara seolah tak ingin kegiatannya dihalangi.

Kaza tetap diam menatap Clara dengan tajam. “Gue bilang minggir!” bentak Clara. Namun, bentakannya tak Kaza hiraukan.

Clara terlihat geram dibuatnya, tangannya bergerak ingin menjambak rambut Kaza. Namun tak berhasil, tangannya ditahan oleh Kaza dan diputar membuat tubuh Clara berbalik. Clara merintih kesakitan, teman temannya seperti ingin memisahkan namun terlihat takut.

Didorongnya tubuh Clara hingga ia terjatuh. Ramai siswa yang menonton kejadian itu. Kaza, siswi pertama yang berhasil menghalangi Clara melakukan bully.

Kaza berjongkok dihadapan Clara, “Mulai hari ini, siapapun yang berani ngebully siswa disini, berurusan sama gue.”

“Lo gausah sok jadi pahlawan buat mereka! Lo gatau berurusan sama siapa?!”

Kaza hanya tersenyum sinis menatap Clara. Dirinya kembali berdiri dan pergi meninggalkan kerumunan itu.

Oliv terlihat cemas ketika Kaza kembali ke meja mereka, “Lea lo gapapa?”

“Kaya yang lo liat? I'm fine.”

Baru saja ingin meminum es teh miliknya, sebuah suara membuat mereka bertiga, terutama Kaza menoleh.

“Kazalea, lo dipanggil ke ruang kepsek.”