Kenapa?
Kaza terdiam berjalan berdampingan dengan Jerian, tentunya mereka menjadi pusat perhatian saat ini. Jerian membuka pintu sebuah ruangan khusus yang memang disediakan untuk pemilik yayasan.
“Duduk,” titah Jerian.
Kaza duduk di sofa sebelah Jerian. Ia diam dan juga bingung bagaimana bisa Jerian bisa berada di sekolah.
Jerian datang ke sekolah setelah mendapat pesan dari Deva yang tentu membuatnya terkejut. Dirinya langsung pergi meninggalkan kantor. Padahal 30 menit lagi ada meeting, tetapi dirinya menyuruh sekretarisnya untuk membatalkan.
“Kaza, coba jelasin kenapa kamu dipanggil bu Retna?” tanya Jerian dengan tegas.
Kaza masih bungkam tak menjawab pertanyaan tersebut. “Kazalea Atlanna.” Sontak Kaza langsung menoleh ketika Jerian memanggil namanya dengan lengkap.
“Aku ga ngapa ngapain abang,”
“Kazalea?”
Kaza menundukkan kepalanya, “Aku tonjok anaknya bu Retna.”
Jerian menghela nafasnya gusar, “Kenapa kamu tonjok dia? Kata Deva juga selama ini kamu selalu minta bantuan dia buat dateng ke sini, kenapa ga bilang dan minta tolong sama abang? Kamu ini adeknya Deva atau Jerian?”
“Jerian,” Kaza menjawab dengan pelan.
“Sekarang cerita kenapa sampe kamu tonjok anaknya bu Retna?”
“Aku ga terima dia bilang aku kurang perhatian! Dia juga bilang kalo aku iri sama dia karna dia punya orang tua sedangkan aku engga! Aku kesel, aku marah! Coba abang pikir gimana rasanya dibilang kaya gitu di depan orang banyak?!” ucap Kaza menggebu-gebu.
“Aku ga masalah dia mau bilang apa tentang aku. Tapi dia udah berani bilang yang ngga bener tentang mama papa! Abang tau? Dia juga yang bilang aku simpenan om om karna aku dateng ke kantor abang dan main sama bang Juan waktu itu.”
Jerian diam, penjelasan yang diberikan Kaza dan Bu Retna jauh berbeda.
Flashback On. Setelah Kaza memberitahu letak ruang bu Retna, Jerian masuk seorang diri. Kedatangan Jerian tentunya membuat Bu Retna terkejut.
“Loh? Pak Jerian kenapa ada disini?”
“Kenapa saya ga boleh dateng ke sekolah milik saya sendiri?”
Bu Retna gugup mendapat pertanyaan balik dari Jerian, “Eh– maaf pak sebelumnya karna biasanya bapak mengabari dulu jika ingin datang.”
Jerian duduk di hadapan bu Retna, “Saya abangnya Kazalea, ibu sendiri bukan yang menyuruh adik saya untuk meminta walinya datang?”
“Bukannya abang dari Kazalea itu–”
“Yang kemarin teman saya, memang saya minta dia untuk datang kesini. Jadi, ada apa dengan Kazalea?” ucap Jerian to the point.
Bu Retna berdeham pelan menutupi kegugupannya. “Jadi begini pak Jerian, Kazalea adik bapak melakukan tindak kekerasan terhadap salah satu siswa, ada yang bilang karna Kazalea tidak menyukai anak tersebut pak dan kebetulan itu anak saya sendiri.”
Jerian menaikkan sebelah alisnya, “Kekerasan? Saya rasa Kazalea tidak mungkin melakukan hal itu.”
“Nyatanya seperti itu pak. Kazalea memukul hingga terluka mengeluarkan darah. Saya harap bapak dapat memberitahu Kazalea untuk tidak melakukan hal ini lagi demi kenyamanan sekolah pak. Dan untuk pertanggungjawaban saya rasa tidak usah pak, karna anak saya juga sudah diobati di UKS.”
Jerian tahu bahwa ada yang tidak beres. Kaza tidak mungkin memukul seseorang kalau orang itu tidak mencari masalah duluan.
Flashback Off
Jerian mendekati Kaza mengelus kepalanya pelan, “Maaf ya, kalo aja mama papa masih ada mungkin kamu ga akan dapat kalimat kaya gitu. Maaf juga kamu jadi dipandang seperti itu, coba aja abang tau ini dari awal mungkin kamu ga akan kaya gini.”
“Abang ga salah. Aku yang salah karna dari awal ga cerita dan nutupin semuanya.”
Jerian tersenyum, “Gapapa, abang yakin kamu ada alasan tersendiri kenapa ga cerita ke abang.”
Kaza memeluk Jerian dari samping, “Maaf ya bang.”
“Iya, gapapa Za.”
“Tapi Za, penjelasan kamu sama bu Retna beda loh.”
Kaza spontan melepas pelukannya dan menatap Jerian dengan bingung, “Beda gimana?”
“Iya, dia bilang kamu yang cari masalah duluan karna ga suka sama anaknya. Makanya kamu tonjok dia,”
“IH?! NGGA!! Abang percaya kan aku ga kaya gitu?”
“Percaya. Iyauda sekarang kamu ambil tas, kita pulang. Abang tunggu di parkiran ya.”
Jerian pergi meninggalkan Kaza yang masih terdiam. Andai Jerian menyadari ada yang tidak beres dengan kedua ibu dan anak tersebut. Kemudian dirinya ikut meninggalkan ruangan itu.