Tolong bertahan

Jerian sampai di alamat yang diberikan Angel, ia datang bersama Bita. Sebuah rumah yang terdapat dua mobil hitam terpakir di halaman rumah itu.

Jerian langsung berlari menuju pintu namun tertahan oleh orang yang disuruh Gio, “Dimana adek gue anjing!”

“Lo ga boleh masuk!” ucap salah satu penjaga.

“Ga butuh perintah lo, sialan!” Jerian memukuli satu persatu orang-orang itu tanpa mengenal ampun.

Bita yang merasa ada peluang untuk masuk langsung berlari ke dalam mencari keberadaan Kaza.

“Kaza! Kaza!” panggilnya dengan berteriak berharap Kaza menjawab panggilannya.

Ditelusurinya setiap ruangan disana. Saat Bita ingin membuka sebuah pintu, ada sebuah pukulan tepat mengenai bahunya. Untung saja Bita memiliki sedikit kemampuan untuk bela diri.

“Kak Bita!” teriak Kaza saat dari arah berlawanan ada seorang yang ingin memukul Bita dengan sebuah balok kayu. Dengan cepat Kaza memukul orang tersebut hingga pingsan.

Bita menendang orang yang sedari tadi menjadi lawannya sampai tumbang, “Kaza! Kamu gapapa?”

Kaza mengangguk cepat, “Aku gapapa! Dimana abang? Aku harus kasih tahu sesuatu!”

“Di luar!”

Mereka berlari menuju halaman untuk menghampiri Jerian. Terlihat jelas orang-orang yang tadi melawan Jerian sudah berhasil terkalahkan.

“Abang!” Jerian menoleh melihat kedatangan Bita dan Kaza.

Kaza berlari menghampiri Jerian dengan sedikit perasaan lega telah berhasil bertemu Jerian. Namun, ketika sedikit lagi mendekati Jerian, sebuah tembakan mengenai Kaza.

Kaza terjatuh tepat dipelukan Jerian bersamaan dengan bunyi sirine mobil polisi yang dibawa Juan.

“Kaza!!” teriak Jerian ketika merasakan tubuh Kaza melemas. Baju yang dikenakan Kaza pun sudah berlumur darah membuat Jerian yang memeluknya ikut terkena darah itu.

“Abang .... ” lirih Kaza.

“It's okey, Kaza udah abang peluk .... ” didekapnya tubuh Kaza dengan erat seolah menguatkan Kaza.

Polisi langsung masuk ke dalam rumah itu untuk mengamankan semua orang yang terlibat. Juan yang melihat Kaza bersimpuh darah langsung menghubungi ambulan.

Jerian terduduk dengan posisi masih memeluk Kaza, “Abang .... aku berhasil .... aku tahu siapa pembunuh papa,” ucap Kaza dengan pelan sambil tersenyum menahan rasa sakit. Pikirannya berkecamuk takut kalau harus pergi meninggalkan Jerian, walaupun begitu setidaknya ia merasa lega karna berhasil menemukan pembunuh orang tuanya.

Air mata sukses turun dari mata Jerian, hatinya sakit melihat Kaza yang tertembak. Segala penyesalan menyelimuti Jerian. Jerian menganggukan kepalanya sambil tersenyum lirih, “You did it, Kaza hebat, kamu berhasil.”

“Abang .... tugas aku selesai .... Aku .... sakit bang .... “

Jerian menggeleng kuat, “No .... Kaza kuat, bertahan sebentar ya, jangan tinggalin abang, tolong .... “

Kaza tersenyum, “Tugas aku selesai, aku berhasil ....”

“Aku sayang abang ....” ucap Kaza terakhir sebelum ia menutup matanya.

“ENGGAK! KAZA! BANGUN ZA!”

Kaza masuk ke mobil ambulan untuk segera diberi penanganan di rumah sakit.

Jerian menangis ketika mobil ambulan pergi meninggalkan lokasi, memanggil nama adiknya berulang kali. Bita yang tadinya shock langsung tersadar, ia memeluk Jerian dari samping.

“Kak, lo pergi aja susul Kaza, ini biar gue yang urus,” ucap Juan yang di-iyakan Bita.

'Kaza, tolong bertahan.'