Sakit

Jerian duduk di sofa ruang tengah, ia tidak masuk kerja hari ini. Dirinya menunggu Kaza keluar kamar untuk makan. Jerian tahu Kaza sangat terpukul dengan kenyataan yang ada, dirinya pun begitu.

Semalam Jerian membiarkan Kaza menangis sepuasnya dipelukan Jerian. Menumpahkan air mata yang selama ini Kaza tahan dan simpan sendiri. Hatinya sakit karena kenyataan yang sebenarnya tentang kepergian kedua orangtuanya dan juga sakit melihat Kaza yang menangis sambil sesekali berucap meminta maaf menyebut mama dan papa.

Kecelakaan itu memang terjadi setelah kedua orangtuanya pergi menghadiri sebuah acara event salah satu perusahaan. Harusnya Jerian ikut hadir saat itu, namun ia menggantikan Atla untuk memimpin sebuah meeting.

Berkali kali Jerian menyalahkan diri sendiri. “Harusnya gue yang hadir di acara itu. Harusnya gue yang mati. Kaza masih butuh mama sama papa.”

Tak terasa air matanya menetes, hanya sebentar lalu buru buru ia hapus karna mendengar suara bel.

'Mungkin itu Karin dan Oliv,' pikirnya.

Jerian melangkahkan kakinya menuju pintu. Yang datang memang Karin dan Oliv.

Setelah dipersilahkan masuk, Karin dan Oliv berjalan menuju lantai dua dimana kamar Kaza berada. Meninggalkan Jerian yang memilih masuk ke kamarnya.

“Bang Je abis nangis ya?” bisik Oliv.

“Iya kayanya, sedih banget pasti.”


Tok tok tok

Karin mengetuk pintu kamar Kaza namun tak ada jawaban.

“Za .... ini gue sama Oliv, boleh masuk?”

Lagi lagi tak ada jawaban.

“Buka aja,” ucap Oliv.

Tangan Karin memegang knop pintu dan ternyata Kaza tidak mengunci pintunya.

Dapat Karin dan Oliv lihat sosok Kaza yang sedang duduk di atas kasur membelakangi pintu.

“Kaza .... “

Karin dan Oliv duduk disamping kanan dan kiri Kaza. Tatapan Kaza kosong, bibirnya pucat.

Oliv yang tak kuasa melihat sahabatnya menjadi seperti itu langsung memeluknya dari samping.

“Kaza jangan gini ya, lo belum makan kan? Makan dulu yuk, nanti sakit.”

Kaza diam tak menjawab ucapan Oliv.

Karin mengambil kantong plastik berisi makanan kesukaan Kaza yang sengaja ia beli sebelum datang ke sini.

“Za, gue beli dimsum sama brownis nih. Lo makan ya?”

Kaza masih diam tak bergeming. Karin bisa merasakan tangan Kaza yang dingin.

“Kalo lo ga mau makan, nanti om Atla sama tante Lana sedih.”

“Papa sama mama salah apa ya sampe mereka dibunuh?”

Hati Karin dan Oliv mencelos mendengar kalimat yang keluar dari bibir Kaza.

“Kenapa mereka ga bunuh gue sekalian? Biar gue masih bisa bareng mama sama papa?”

“Kaza .... jangan ngomong gitu ah,”

“Kalo lo pergi juga, nanti bang Je sama siapa? Nanti bang Je nangis lagi.”

Kaza menoleh ke arah Karin, “Abang? Nangis?”

Karin mengangguk cepat, “Iya, sedih soalnya lo gamau keluar kamar, gamau makan. Makanya makan dulu ya? Abis itu lo mau nangis lagi sama kita juga gapapa.”

“Gue cuma ga nyangka aja, kenapa tega ngebunuh papa mama gue ya?”

“Iya mereka jahat, 11 12 sama setan. Nanti lo boleh pukul, tendang pelaku sepuas lo kalo udah ketemu oke?”

“Sekarang makan dulu ya,” ujar Karin sambil membuka bungkus makanan.

Walaupun Kaza belum mau keluar kamar, setidaknya mereka berhasil membujuk Kaza untuk makan.