Selamat hari ayah!

Mobil hitam milik Jerian memasuki pintu masuk  pemakaman umum di daerah Jakarta. Disampingnya ada Kaza yang sedang memeluk erat buket bunga untuk diletakkan dimakam orang tua mereka.

Setelah memarkirkan mobilnya, keduanya berjalan menuju letak makam orang tua mereka berada.

“Hai papa!” ucap Kaza saat pertama kali sampai disamping makam papanya.

Jerian tersenyum ketika melihat Kaza begitu antusias berbicara didepan makam.

“Papa tau? Hari ini hari ayah, jadi aku dateng sama abang buat ucapin itu ke papa. Selamat hari papa! Papa adalah laki laki pertama yang aku sayang,” Kaza melirik kearah Jerian sebentar dengan tertawa kecil.

“Abang jangan iri. Setelah papa, abang adalah laki laki kedua yang aku sayang. Aku kangen deh sama papa, papa kangen aku juga ga? Harus kangen! Kalo engga nanti aku ngambek.”

Rasanya saat itu juga Jerian ingin menangis. Melihat senyum Kaza yang seolah memperlihatkan bahwa ia baik baik saja. Diumurnya yang masih belia, harus merasakan kehilangan kedua orangtuanya sekaligus. Disaat anak lain memberikan ucapan selamat hari ayah secara langsung, Kaza harus datang ke makam sang papa terlebih dahulu.

“Oh iya, hari ini aku ga sekolah. Papa jangan marah ya? Kan aku izin ga sekolah karna mau datengin papa sama mama. Papa, abang berhasil jaga aku kayak papa kok! Jadi papa gausah khawatir ya? Aku aman selagi sama bang Je.” ucap Kaza dengan senyumnya yang manis sambil melihat ke arah Jerian.

“Loh? Abang kenapa nangis?” tanyanya ketika melihat Jerian menitikan air matanya.

“Hah? Engga kok,” buru buru ia menghapus air matanya. “Abang gamau ngucapin papa?”

Jerian menganggukan kepalanya lalu sedikit bergeser mendekati nisan yang bertuliskan nama papanya, Atla Bramanta.

“Halo pa! Jerian dateng lagi sama Kaza. Selamat hari papa! Papa adalah laki laki terhebat, laki laki kuat, laki laki yang berhasil menjaga keluarganya sampai akhir hidup papa. Aku bangga, aku bisa ga ya kayak papa?” Jerian merasakan tangannya digenggam oleh Kaza.

Dilihatnya Kaza menggenggam tangannya dengan tersenyum lembut, seolah olah meyakini nya bahwa ia bisa seperti Atla.

“Aku janji .... aku janji akan jaga Kaza, sampai dia menemukan laki laki lain yang bisa menjaganya layak nya aku dan papa menjaga dia.” ucap Jerian dengan tulus.

“Kita pulang yuk?” ajak Jerian.

“Papa aku pamit ya, nanti aku kesini lagi. Dadah papa!”

Jerian menggandeng tangan Kaza saat berjalan kembali menuju mobil. Mereka sedikit berlari kecil karna tiba tiba rintik hujan mulai berjatuhan.