The Day

Setelah berhasil memaksa Jerian untuk hadir di acara tahunan sekolah, kini Jerian dan Kaza sampai di parkiran sekolah.

“Kamu beneran gapapa?” tanya Jerian.

Kaza menghela nafasnya malas, “Abang udah nanya itu sepuluh kali, aku gapapa bang ya ampun,” jawabnya.

“Ya abang takut kamu masih sakit, pulang aja deh yuk?”

“Abang aja sana yang pulang,”

“Hih! Dasar bocil,” ledek Jerian ketika melihat Kaza memasang wajah cemberut.

Keduanya keluar dari mobil, Kaza menghampiri teman-temannya yang menyambutnya dengan senang hati. Sedangkan Jerian pergi ke tempat yang berisi donatur dan tamu-tamu penting.

“Kaza! Lo beneran dateng?” tanya Oliv.

“Ya dateng dong, ini acara tahunan pertama gue yakali ga dateng,” sahutnya.

“Si Karin mana?” tanya Kaza.

“Biasalah, bareng anak osis. Eh duduk yuk,” ajak Oliv yang menariknya duduk bersama anak-anak kelas XII IPS 2.

Acara demi acara dilewati hingga sampai dimana Jerian naik ke atas panggung untuk mengucapkan sepatah dua patah kata.

“Saya selaku pemilik SMA Garuda meminta maaf atas kejadian yang terjadi selama ini, sesungguhnya saya benar-benar tidak mengetahui kalau adanya pembullyan dan pemungutan uang yang tidak saya perintahkan. Untuk kebijakan penggantian uang yang telah dimintai pihak sekolah akan saya berikan surat pemberitahuan pada minggu depan. Dan selanjutnya dengan resmi saya mencabut jabatan kepala sekolah yang saat ini dijabat oleh Retna Raharja, untuk pengganti kepala sekolah selanjutnya akan segera saya cari. Untuk sementara sekolah ini akan dipimpin oleh saya sendiri.”

Jerian melanjutkan beberapa kalimat lagi lalu menutup pidato tersebut.

Kaza tersenyum melihat sang kakak dari tempat duduknya.

“Abang lo ganteng juga ya Za, lo mau jadi adek gue ga?” ucap Oliv sambil tertawa.

“Enak aja, gue udah punya calon kakak ipar,”

“Oh ya? Siapa?”

“Kak Bita,”

“Wahh, nanti kalo gue beli matcha cake kasih diskon ya,”

Mereka berdua lalu tertawa dengan topik pembicaraan.

Tawa mereka terhenti ketika nama Kaza disebut oleh sang pembawa acara.

'Ini saatnya,' batin Kaza.

Ia berjalan naik ke arah panggung, pembawa acara memberikan waktu untuk Kaza berbicara.

“Halo semua! Saya Kazalea Atlanna, ya, saya adik dari Jerian Atlanno. Maaf karna selama ini saya menutupi identitas asli, tujuan saya menutupinya karna saya hanya ingin mengetahui mana yang benar-benar tulus berteman dengan saya bukan yang mau berteman karna saya merupakan pemilik sekolah ini,” Kaza tidak lama memberikan sambutannya, kemudian ia memanggil sebuah nama untuk naik ke atas panggung, Clara.

Clara maju dengan menundukkan kepalanya, malu.

“So, guys, Clara akan menyampaikan beberapa kata untuk kalian,” ucap Kaza sambil melirik ke arah Clara.

Clara memandang setiap orang yang menontonnya, perasaan berkecamuk. Tak ada lagi seorang Clara yang berani membully, tak ada lagi seorang Clara yang berlindung dibalik jabatan orang tuanya. Hanya ada Clara yang sedang menanggung malu atas perbuatan dirinya dan juga ibunya.

“Saya memohon maaf sebesar-besarnya kepada kalian semua, terutama kepada kalian yang pernah menjadi korban bully saya. Saya benar-benar memohon maaf, saya menyesal atas perbuatan yang saya dan ibu saya lakukan. Saya akan bertanggung jawab dan menerima hukuman yang akan diberikan dari pihak sekolah maupun dari pihak korban. Saya harap kalian mau menerima permintaan maaf saya,” Clara mengakhiri ucapannya dan berjalan mendekati Kaza.

“Maaf,” lirih Clara.

Kaza mengusap pundak Clara, “Gue beneran berharap lo bener-bener nyesel atas semua perbuatan lo, gue juga berharap lo bisa ikhlas ngejalanin hukuman yang akan lo terima,” ucap Kaza dengan senyum yang terukir indah di wajahnya.

'Semua udah selesai, tujuan, misi, semua usaha gue berhasil,'